Minggu, 15 Maret 2015

MENITI TANGGA CURAM DEMI MASA DEPAN.

Meniti Tangga Curam Demi Masa Depan

ilustrasi potret anak indonesiaILUSTRASI. Anak-anak di Dusun Gligir Pasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang Klaten, harus menuruni tangga yang curam dan berjalan sejauh 3 km untuk sampai ke sekolah. 


NUSWANTARA COM - KLATEN - Mentari masih enggan menampakkan diri di lereng Merapi. Kabut dan udara dingin pun membekap warga, untuk tetap diperaduan. Namun tidak bagi lima orang anak dari Dusun Gligir Pasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten.
Diawasi oleh orangtua mereka, Purnani (8), Siti Suyahmi (10), Triyani (11), Sri Wahyuni (11) dan Agusno (11), menapaki ratusan tangga menuruni jurang menuju sekolahan.
Berjalan beriring, mereka saling menunggu rekannya yang kadang tertinggal. Meskipun total perjalanan yang mereka tempuh hanya sekitar 3 km, namun alur yang dilalui cukup menantang, apalagi ketika hujan turun. Siswa-siswi SDN 1 Tegalmulyo ini harus jeli memilih langkah.
Gligir Pasang atau biasa disebut Gir Pasang, merupakan sebuah dusun terpencil. Letaknya hanya empat km dari puncak merapi, terpisah dari 'daratan' utama dan bersebelahan dengan Kabupaten Boyolali.
Dihuni 33 jiwa, warga dusun ini mengandalkan pertanian dan beternak, sebagai mata pencaharian utama mereka. Sementara untuk sumberdaya listrik, para warga memanfaatkan panel tenaga surya bantuan dari pemerintah dua tahun silam.
Kondisi tersebut memengaruhi perekonomian warga. Imbasnya, tingkat pendidikan anak-anak Gir Pasang cenderung rendah. Menurut seorang warga Warno Giyanto (40), rerata penduduk di daerahnya hanya mengenyam pendidikan hingga SMP.
"Itupun hanya sampai jenjang SMP terbuka. Setelah itu jarang yang meneruskan ke tingkat yang lebih tinggi," ujarnya yang juga ayah dari Sri Wahyuni dan Siti Suyahmi Jumat (16/1/2015) sore.
Selain faktor biaya, jarak acapkali menjadi penyebab. SMA terdekat berada di pusat kota kecamatan, dengan jarak sekitar 9 hingga 10 km. Sementara itu transportasi pribadi tidak mereka miliki, pun demikian dengan angkutan umum yang jarang ada.
Namun demikian, jarak dan biaya tak menjadi penghalang anak-anak Gir Pasang untuk bercita-cita. Triyani semisal, ditemui pewarta Tribun Jogja ia mengaku ingin menjadi seorang guru.
"Saya ingin menjadi guru suatu saat nanti," ujar bocah kelas 6 ini. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar