Sabtu, 11 April 2015

Keangkuhan Abrahah dibalas dengan Burung Ababil.

Keangkuhan Abrahah dibalas dengan Burung Ababil.
http://nuswantaracom22.blogspot.com/

Ilustrasi.

NUSWANTARA COM
- “Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”. (Q.S. al-Fil/105:3-5).

Burung Ababil (Thair Ababil) dijadikan salah satu bahan cerita di dalam Al-Quran. Dalam penafsiran tradisional sering diartikan sebagai burung-burung yang diutus Tuhan untuk menggempur pasukan Raja Abrahah, bisa disebut dengan pasukan gajah karena mereka mengendarai gaja. Mereka bermaksud jahat terhadap kabah.

Belum sampai maksudnya terwujud maka pasukan burung Ababil menyerbu mereka dengan cara melemparkan bebatuan yang menyebabkan mereka mati bergelimpangan. Mengerikan sekali karena yang tersisa adalah tulang belulang. Dilukiskan di dalam Al-Quran dengan “bagaikan dedaunan yang dikunyah lalu dimuntahkan” berarti hancur berantakan.

Dalam penafsiran modern, termasuk dalam Tafsir Al-Manar karya Muhammad Abduh, kata tahiran ababil diartikan dengan serangga yang membawa virus mematikan. Ada yang menghubungkan dengan virus ebola yang mencairkan daging binatang yang diserang virus itu. Kata al-sijjil diartikan dengan zat kimia yang mematikan sehingga dalam waktu sekejap mereka memusnahkan pasukan Abrahah.

Agak ironis, kasus ini karena keluarga yang percaya terhadap kesakralan kabah tidak terkena bebatuan itu. Seperti dalam riwayat disebutkan, Abdul Muthalib, kakek Nabi berada di sekitar lokasi itu tetapi selamat. Ia sempat disapa oleh Abrahah dan disuruh minggir karena ia akan mengambil alih kabah.

Namun dijawab silahkan itu bukan punya kami tetapi punya Allah Swt. Tidak lama kemudian di tempat itu pasukan burung Ababil datang memusnahkan.

Pelajaran berharga dari sini ialah manusia tidak boleh angkuh dan menafikan kekuasaan Tuhan, karena di atas langit masih ada langit. Biasanya tokoh yang angkuh dan sombong mati dalam keadaan hina, seperti Firaun, Tsamud, Namrud, dan Ad. Sebaliknya hamba yang santun dan tawadlu wafat penuh kenangan seperti para nabi dan shalihin lainnya....NUSWANTARA COM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar